TEORI PENGOLAHAN
INFORMASI
Abstrak
Didalam setiap pembelajaran proses pengolahan
informasi harus berjalan agar pengetahuan yang didapat bisa bermakna dan
tersimpan dalam memori jangka panjang. Begitu pentingnya kita Untuk memiliki
strategi pembelajaran sehingga kita mampu mengelaaborasi, dan mengatasi
hambatan yang ada dalam pembelajaran. Memori manusia tidak hanya menyimpan
informasi dalam jangka waktu yang lama dan memunculkan kembali saat diperlukan
tetapi memori manusia merupakan struktur yang kompleks yang memproses dan
mengorganisasikan seluruh pengetahuan manusia. Sehingga memori itu terorganisir
dan aktip. Maksudnya aktip itu yaitu bagaimana memori itu menseleksi data
sensori dan kemudian diproses , mentransformasi dan menjadi imformasi yang
berbermakna.
Kata-kata kunci: Memori,
Informasi, Sensori
Pendahuluan
Informasi adalah pengetahuan yang
didapat dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi. Dalam beberapa hal
pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses
komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebut
informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi
statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan,
diproses atau ditransmisikan. Penelitian ini memokuskan pada definisi informasi
sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan
instruksi.
Model pemrosesan informasi beranggapan
bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dengan
orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang
sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak banyak mempunyai
strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai
dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja
proses kognitifnya..
Pembahasan
Gredler (2013:227)
menyebutkan bahwa ada dua asumsi pokok yang mendukung riset pemrosesan
informasi, yaitu sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan
terorganisasi serta pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar.
Terkait dengan asumsi tersebut maka perlu dibahas tentang hakikat sistem memori
manusia dan organisasi pengetahuan dalam memori jangka panjang.
Cara kerja memori
manusia meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu memori sensori
(sensory memory), memori jangka pendek (short-term memory,) dan memori jangka
panjang (long-term memory). Konseptualisasi umum memori manusia digambarkan
oleh Gredler (2013:231).
Sensory memory atau
sensory register merupakan komponen pertama dalam system memori. Sensori memory
menerima stimuli atau informasi dari lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan
lain sebagainya) secara terus menerus melalui alat penerima (receptor) kita.
Receptor disebut juga dengan alat-alat indera. Informasi yang diterima disimpan
dalam sensory memory kurang lebih dua detik (Baharuddin, 2007:100).
Short-term memory atau
memori jangka pendek adalah sistem memori dengan kapasitas yang terbatas di
mana informasi disimpan selama 30 detik, kecuali informasi tersebut diulang
atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi bisa
disimpan lebih lama (Santrock, 2009:364).
Long-term memory atau memori jangka panjang adalah jenis memori yang menyimpan
banyak sekali informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara yang relative
permanen (Santrock, 2009: 366). Kapasitas memori jangka panjang manusia
sangatlah mengejutkan dan efisiensi di mana individu-individu bisa mendapatkan
kembali informasi sangatlah mengesankan. Menurut Baddeley (1998) dalam Schunk
(2013:258) representasi pengetahuan dalam LTM tergantung pada frekuensi dan kontinguitas. Makin
sering suatu fakta, peristiwa, atau ide dijumpai, makin kuat representasinya
dalam memori. Selain itu, dua pengalaman yang terjadi berdekatan waktunya akan
cenderung dihubungkan dengan memori sehingga ketika salah satunya diingatkan
yang satunya akan teraktifkan. Maka, informasi dalam LTM direpresentasikan
dalam struktur-struktur asosiatif. Asosiasi-asosiasi ini sifatnya kognitif,
tidak seperti asosiasi dalam teori pengkondisian yang sifatnya behavioral
(stimulus dan respon).
Pengkodean (encoding)
adalah proses menempatkan informasi yang baru (yang masuk) ke dalam sistem
pengolahan informasi dan mempersiapkannya untuk disimpan dalam LTM. Pengkodean
biasanya dilaksanakan dengan membuat informasi-informasi yang baru memiliki
makna dan menggabungkannya dengan informasi-informasi yang telah diketahui
dalam LTM (Schunk,
2013:258). Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pengkodean: Organisasi, Penjelasan, Skema.
Setelah seseorang
melakukan pengodean informasi dan kemudian menyampaikannya dalam memori, ia
mungkin bisa mendapatkan kembali beberapa informasi tersebut, tetapi mungkin
juga melupakan beberapa informasi. Ketika kita mendapatkan kembali sesuatu dari
“bank data” pikiran Seperti halnya pengodean, pencarian ini bisa otomatis atau
bisa juga membutuhkan usaha. Faktor lain yang mempengaruhi pemanggilan kembali
adalah sifat dari petunjuk yang digunakan orang-orang untuk mendorong memori
mereka (Allan & lainnya, 2011 dalam Santrock, 2009:372). Pertimbangan lain
dalam memahami pemanggilan kembali adalah prinsip kekhususan pengodean
(encoding specificity principle) yaitu bahwa asosiasi yang terbentuk pada saat
pengodean atau pembelajaran cenderung merupakan petunujk pemanggilan kembali
yang efektif.
Schunk (2012:294)
mendefinisikan lupa sebagai hilangnya informasi dari memori atau ketidakmampuan
mengakses informasi. Kondisi lupa masih menjadi perselisihan para peneliti dalam
hal apakah informasi hilang dari memori atau apakah ia masih ada, namun tidak
dapat ditarik karena telah berubah, tanda-tanda penarikannya tidak mencukupi,
atau ada informasi lain yang mengganggu usaha mengingatnya.
Penutup
Teori pemrosesan informasi memiliki tiga operasi umum yaitu
encoding, penyimpanan, dan pengambilan. Dalam encoding ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses ini yaitu atensi, pemrosesan mendalam, pengulangan, dsb.
Penyimpanan terdiri dari sensori memori, memori jangka pendek atau working
memori, dan memori jangka panjang (simpanan). Sementara pada pengambilan
terdapat dua macam yang terjadi pada proses pengambilan yaitu pemanggilan
kembali dan lupa.
Daftar
Rujukan
Pressley, M. &
McCormick, C. B. 2007. Child and
Adolescent Development for Educators. New York: The Guilford Press.
Baharuddin & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Group.
Gredler, M.E. (2013). Learning and Instruction Teori
dan Aplikasi. (Terjemahan Tri Wibowo B.S). Jakarta : Kencana.
Semoga Bermanfaat salam : Arif Andrian
No comments