KONSEP BELAJAR HUMANISME

Share:


Abstrak
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang sudah tidak asing lagi. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari semua kegiatan yang mereka alami dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Namun, kegiatan belajar tidak hanya secara formal saja ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam berbagai hal belajar salah satunya adalah dengan konsep humanisme yaitu suatu konsep dimana siswa harus belajar mengarahkan dirinya sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar.

Kata kunci: Pendidikan, Belajar, Humanisme.

PEMBAHASAN
Pada dasarnya konsep belajar humanisme memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. konsep ini berfokus pada hasil efektif, belajar bagaiman belajar serta meningkatkan kreatifitas dan potensi yang ada pada siswa. Oleh karna itu, proses belajar dapat dianggap berhasil apabila siswa telah memahami dirinya sendiri dan lingkungannya. Dengan kata lain siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri prilakunya dalam belajar, apa yang akan dipelajari dan sampai mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar.
Pendidikan humanistik memandang bahwa belajar bukanlah sebagai saran transformasi pengetahuan saja, tapi lebih dari itu, proses belajar merupakan bagian dari pengembangan nilai-nilai kemanuasiaan. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya meperlakukan siswa sesuai dengan kodisi mereka masing-masing dan pendidik diwajibkan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Aliran humanistik juga memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh domain(kognitif, afektif, dan psikomotorik). Beberapa model pembelajaran yang berkaitan dengan konsep humanistik:
1.    Open Schools
Open schools merupakan salah satu model dari konsep pembelajaran humanistik yang mempunyai makna “Sekolah Terbuka” atau dengan kata lain open classroom. Model ini memiliki ciri-ciri berikut: (a.) Guru berperan sebagai fasilitator dan juga siswa didorong untuk secara aktif memilih materi, metode, dan langkah dalam belajar. (b.) Evaluasi belajar siswa tidak hanya pada tes, tapi juga hasil karya dan peforma siswa saat belajar. Evaluasi memberika feedback terhadap kinerja siswa. (c.) Pemberian materi yang berbeda-beda digunakan untuk memberikan stimulus bagi siswa agar melakukan eksplorasi dalam belajar. (d.) Sistem pengajaran didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan individu siswa. (e.) Kelompok dibentuk degan berbagai tingkat usia, atau didasarkan pada tingkatan aktivitas yang akan dilakukan. (f.) Tidak ada batasan ruangan kelas(terbuka) dan sitem pengajaran direncanakan oleh dua atau lebih guru sebagai tim pengajar.
2.    Multiple intelligence
Inteligensi merupakan kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata  dan dalam situasi yang bermacam-macam. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan dengan tes tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan problem nyata dalam kehidupan. Misalnya, kemampuan interpersonal, suatu kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain. Kemampuan manusia dapat dikategorikan sebagai kecerdasan menurut pengertiannya. Gardner membagi kecerdasan manusia dalam 9 kategori (Suparno, 2004):  (a.) Linguistik, suatu kemapuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk mengekspresikan ide atau gagasan yang dimilikinya. (b.) Matematis-logis, kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. (c.) Spatial (Ruang), kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat. (d.) Kinestetik-badani, kemampuan untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. (e.) Musikal, kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. (f.) Interpersonal, kemapuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan tempramen orang lain. (g.) Intrapersonal, berkaitan dengan pengetahuan tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri. (h.) Lingkungan/Natural, kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat memahami, menikmati dan mnggunakan alam secara produktif. (i.) Eksistensial, menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan terdalam mengenai eksistensi manusia.
Menurut Gardler, dalam diri seseorang terdapat kesembilan kecerdasan tersebut, namun untuk orang-orang tertentu kadang suatu inteligensi lebih menonjol daripada inteligensi lainya. Kesembian inteligensi yang ada dalam diri seseorang dapat ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dapat berfungsi bagi orang tersebut. Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan penting bagi pengembangan inteligensi secara maksimal.
Adapun cara atau prinsip untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda, menurut Haggerty(Suparno, 2004) yaitu:
-       Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual.
-       Setiap karakteristik yang dimiliki siswa mendapat perhatian dalam proses pembelajaran.
-       Pendidikan harus dapat memotivasi siswa untuk menetukan tujuan dan program belajar.
-       Memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengembangkan intelegensi ganda yang mereka miliki.
-       Evaluasi proses pembelajaran harus lebih kontekstual dan bukan hanya tes tertulis.
-       Proses belajar sebaiknya tidak dibatasi hanya dalam gedung sekolah.
3.    Redefinisi Kecerdasan (IQ, EQ dan SQ)
Kecerdasan Intelektual (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Sedangkan, Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain. Adapun ciri-ciri dari EQ bisa dilihat pada tabel berikut.
No
Ciri Kecerdasan
Deskripsi
Unsur-unsur
1.
Kesadaran diri
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, menggunakannya untuk memandu pengambilan diri sendiri. 
-    Kesadaran emosi
-    Penilaian diri (teliti)
-    Percaya diri
2.
Pengaturan diri
Menangani emosi diri sehingga mempunyai dampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu segera pulih kembali dari tekanan emosi.
-    Kendali diri
-    Sifat dapat dipercaya
-    Kehati-hatian
-    Adaptabilitas
-    Inovasi
3.
Motivasi
Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, serta bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
-    Dorongan prestasi
-    Komitmen
-    Inisiatif
-    Optimisme
4.
Empati
Merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami pespektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
-    Memahami orang lain
-    Mengembangkan orang lain
-    Orientasi pelayanan
-    Memanfaatkan keragaman
-    Kesadaran politis
5.
Keterampilan sosial
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.
-    Pengaruh
-    Komunikasi
-    Manjemen konflik
-    Kepemimpinan
-    Katalisator perubahan
-    Membangun hubungan
-    Kolaborasi dan kooperasi
-    Kemampuan tim

Namun selain kedua kecerdasan ini masih ada satu kecerdasan  yang tertinggi, Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makna pada apa yang di hadapi dalam kehidupan, sehingga seseorang akan memiliki fleksibilitas dalam menghadapi persoalan dimasyarakat. Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik, menurut Zohar dan Marshall, mencakup hal-hal berikut: (a.) Kemampuan bersikap fleksibel. (b.) Tingkat kesadaran diri yang tinggi. (c.) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. (d.) kemampuan menghadapi dan melampaui rasa sakit. (e.) Kecenderunga untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal(berpandangan holistik).
Keterkaitan dari IQ, EQ dan SQ, seseorang yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang diperoleh sehingga ketenangan hati akan muncul. jika hati telah tenang (EQ) akan memberikan sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. jika seorang sudah tenang karena aliran darah sudah teratur, maka seseorang akan dapat berpikir secara optimal (IQ) sehingga lebih tepat mengambil keputusan. manajemen diri untuk mengolah hati tidak cukup dengan IQ dan EQ saja, tetapi SQ juga sanagat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain.
4.    Experential Learning
Model pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model ini, siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Hasil dari proses pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, juga tidak seperti teori behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar. Pengetahuan yang tercipta dari model ini merupakan perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.
Prosedur pembelajaran dalam experiential learning memiliki empat tahapan yang berkaitan erat dengan kemapuan siswa dalam proses belajar dan diharapkan pada siswa tahapan tersebut dijadikan sebagai kemampuan siswa agar proses belajar mengajar lebih efektif.
No.
Kemampuan
Uraian
Pengutamaan
1.
Concrete Experience (CE) / Pengalaman nyata
Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru.
Feeling (perasaan)
2.
Reflection Observation (RO) / Observasi refleksi
Siswa mengobservasi dan merefleksi atau memikirkan pengalamanya dari berbagai segi.
Watching (mengamati)
3.
Abstract Conceptualization (AC) / Konseptualisasi
Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat.
Thinking (berfikir)
4.
Active Experimentation (AE) / Implementasi
Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusan.
Doing
(Berbuat)
           


Pandangan Bloom dan Krathwohl Terhadap Pembelajaran
            Bloom dan Krathwol menunjukkan apa yang dikuasai dalam tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Taksonomi Bloom telah berhasil memberi inspirasi terhadap banyak pakar lain untuk megembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih praktis, taksonomi ini telah banyak membantu praktisi pendidikan untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur.
            Domain kognitif terdiri atas enam jenis perilaku, yang meliputi: (a.) pengetahuan: mengingat, menghafal (b.) pemahaman: menangkap makna hal yang dipelajari, (c.) penerapan: kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah nyata, (d.) analisis: kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, (e.) sintesis: kemampuan membentuk suatu pola baru, dan (f.) evaluasi: kemampuan membentuk pendapat tentang suatu hal.
            Domain afektif terdiri atas lima perilaku, yang mencakup: (a.) penerimaan: ketersediaan memperhatikan suatu hal, (b.) partisipasi: kesediaan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, (c.) penilaian dan penentuan sikap: menghargai suatu nilai dan menentukan sikap, (d.) oraganisasi: kemampuan membatuk suatu sistem nilai sebagai pedoman hidup, dan (e.) pembentukan pola hidup: kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Domain psikomotor yang terdiri lima prilaku, yaitu: (a.) Pengenalan: ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu, (b.) Merespon: aktif berpartisipasi, (c.) Penghargaan: menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu, (d.) Pengorganisasian: menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya, (e.) Pengalaman: menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya.



PENUTUP
Teori belajar humanisme yaitu suatu konsep dimana siswa harus belajar mengarahkan dirinya sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Aliran humanistik juga memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh domain(kognitif, afektif, dan psikomotorik). Dalam konsep humanisme terdapat beberapa model pembelajaran diantaranya: (1) Open School. (2) Multiple Intelligence. (3) Spiritual intelligence, dan (4) Experential Learning. Dari model-model diatas secara keseluruhan mengharuskan siswa untuk belajar memahami apa yang ada pada diri mereka dan potensi-potensi apa saja yang mereka miliki. Diharapkan setelah mereka memahami apa yang ada pada diri mereka mereka mempunyai semangat yang kuat untuk meningkatkan dan mengoptimalkan potensi yang ada.

Daftar Rujukan
Baharuddin & Wahyuni, Esa Nur. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.


Semoga Bermanfaat salam : Arif Andrian

No comments