Pokok Aqidah Ahlussunnah - Dengan Pendekatan Ilmu Nahwu dan Sharaf (Al Imam Al Humaidiy)

Share:


Judul      :  Pokok Aqidah Ahlussunnah – Dengan Pendekatan Ilmu Nahwu dan Sharaf
Penulis   :  Al Imam Al Humaidiy

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah atas Rasulullah ﷺ, para keluarga nya, dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Dalam kehidupan manusia di dunia ini, tidak terlepas dari hal keyakinan. Karena dengan keyakinan itulah kita dapat menjalankan kehidupan ini tanpa ragu-ragu dan menjadi jelas tujuan hidup. Agama Islam,telah memberikan jalan yang lurus untuk hal itu. Bahkan menjadi hal yang prioritas dalam kehidupan ini. Karena kita sebagai umat muslim tidak bisalepas dari keimanan kepada Allah. Tidak cukup hanya mengenal Allah sebatas Allah itu ada, atau mencukupkan diri dengan mengucapkan “Laailaaha Illallahu”. Memang benar, banyak sekali dalil yang menunjukkan mengucapkan “Laa ilaaha Illallahu” dapat mengantarkan dirinya ke surga.Sehingga para ulama merangkum bahwa kunci ke surga terletak pada syahadat Laa ilaaha Illallahu. Akan tetapi masih ada tuntunan dari sekedarpengucapan yaitu pendalaman ilmu mengenai kalimat Laa ilaaha Illallahu beserta amalannya. Karena bila hanya sekedar ucapan tanpa ilmu dan amal, maka hal itu adalah tercela dan sangat dibenci di sisi Allah ﷻ 

 ۡ َۡ ۡنَّمَأ ِۡ ءٓاَانَءٌۡتِنََٰقَۡوُه لَّ ُۡ ۡ ٱلَّ َۡ رَ ذَيَۡاٗمِئٓاَقَوۡاٗدِ اج َس ِۡ ۡةَرِ ٱلۡأٓخ ۡهِ بَرَۡةَ حَۡرْۡوا ُ ر جَيَو ۡ ۡۦ يِوَس ت َيۡ لَهۡ لُق َۡ ينَِّ َۡ ۡ ٱلَّ َۡ وَۡ ون ُمَع ل َي ينَِّ ْۡ ۡ ٱلَّ واُلْوُأُۡرَّكَذَتَيۡاَمَّنِإۡ َ ون ُمَع ل َيۡ َ ِۡ لَ بََٰل بَ   ٩ۡ ٱلۡ "

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". [QS. AzZumar: 9] Ada seorang dari zaman tabi’in yang bernama Wahb bin Munabbih pernah ditanya : “Bukankah kunci surga adalah Laa ilaaha Illallahu?” beliau menjawab: “Benar. Tapi bukankah setiap kunci itu mempunyai gerigi (anak kunci)? Maka jika kamu datang dengan kunci beserta geriginyamaka pintu akan terbuka untuk kamu. Dan jika tidak, maka tidak akan terbuka.”Dengan kita membentuk gerigi di dunia dengan benar lalu memperhatikan dan menjaganya setiap saat, maka kita akan membawanya di akhirat kelak, dan akan membuka pintu surga sesuai dengan kunci yang kita ciptakan di dunia ini. Kebutuhan aqidah itu lebih pokok dibanding kebutuhan primer seperti nasi yang kita makan setiap harinya. Bagaimana mungkin kita bisa menikmati kehidupan di dunia ini, sedangkan pahalanya tidak diterima Allah, hanya karena ternodai aqidahnya dengan syirik. Yang akhirnya tujuan kehidupan dunia ini menjadi semu belaka. 

 َۡ ۡ ۡكِلََٰذ َِّۡ ىَدُه ۡ ۡ ٱللّ ِۡ هَي ِۡ ۡ هۦِبۡيِد ۡهِ ادَبِعۡ نِمُۡءٓاَشَيۡنَم َۡ ۡۦ ون ُلَع م َيْۡواُنَكَۡاَّمۡمُن ه َعۡ َ طِبََلَْۡوا ُكَ شۡ َ أۡ وَلَو ٨٨ "

Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. [QS. AlAn’aam : 88] Tidak berlebihan bila aqidah itu bagaikan dasar atau tanah atau hamparan yang akan dibangun suatu bangunan. Bagaimanapun keindahan dan besarnya bangunan tersebut, bagaimanapun kokohnya bangunan tersebut, jika tanah atau dasarnya tidak kokoh, tidak keras, tidak kuat, bahkan lembek, maka bangunan itu akan mudah roboh. Setiap detik kehidupan kita ini tidak bisa lepas dari aqidah. Bisa kita ambil contoh salah satu kegiatan kita, yaitu bernapas. Napas merupakan ciptaan Allah, karena hanya Allah-lah yang mampu menciptakan kehidupan beserta elemen-elemen dasarnya. Seperti udara yang kita hirup. Maka inilah yang disebut tauhid rububiyyah. Lalu dengan bernapas kita dapat menikmati kehidupan dunia ini, sehingga kita wajib bersyukur kepada Allah. Maka perbuatan syukur inilah yang disebut tauhid uluhiyyah. Disaat  yang sama, kita meyakini bahwa Allah adalah sang Pencipta udara dengan sifat RahmatNya terhadap semua makhlukNya, maka inilah yang disebut Tauhid Nama-Nama dan Sifat-Sifat yang Suci. Bayangkanlah apabila kita mengasah setiap saat aqidah tauhid dengan cara menghubungkan seluruh perbuatan kita, maka hati ini akan menjadi bahagia sepanjang masa sebagai hamba Allah yang taat. Itulah kebahagiaan yang hakiki.

 اَهُتَّيَأََٰٓ ُۡ ۡ ي ُۡ ۡ ف س َّ ٱلن ِۡٓ  ٢٧ۡةَّنِئَط م ُ ٱل م ۡٗ ۡعِ ٱر ج ةَّيِ ر ض َّمۡٗةَيِ اضَرِۡكِ بَرََٰۡ ِۡ ٢٨ لَِإ ۡ ۡلُ ٱد خ َف يِدََٰبِعِۡ َۡ  ٢٩ فِ ِۡ و ۡلُ ٱد خ ۡ ِ  ٣٠تَِّنَج 

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” [QS. Al-Fajr : 27-30] Buku “Pokok Aqidah Ahlus Sunnah – Dengan Pendekatan Nahwu & Sharaf” ini merupakan tugas akhir dari program belajar nahwu dengan ilmu akidah yang kami singkat dengan Program NIKAH, salah satu program yang diselenggarakan oleh Yayasan BISA (Belajar Islam dan Bahasa Arab). Program NIKAH diselenggarakan untuk menguji pemahaman ilmu nahwu dan sharaf dari  mahasantri Yayasan BISA yang sebelumnya telah mempelajari ilmu nahwu dan ilmu sharaf pada Program BISA (belajar ilmu sharaf) dan Program BINA (Belajar Ilmu nahwu). Dalam menyusun buku ini, kami berupaya untuk melengkapi setiap pembahasan dengan matan (teks berbahasa Arab) yang dilengkapi dengan terjemahnya. Kemudian setiap pembahasan dilengkapi dengan faidah ilmiyyah yang berkaitan dengan ilmu akidah dan juga penjelasan nahwu berupa kedudukan kata dalam kalimat (I’rab) beserta penjelasan ilmu sharaf berupa asal-usul kata (tashrif). Dikarenakan buku ini ditujukan untuk pemula, beberapa i’rab kami sederhanakan sebatas menyebutkan kedudukan dan tanda i’rabnya secara sederhana saja. Kami berharap, adanya Program NIKAH ini, selain memberi manfaat kepada para mahasantri kami, juga bisa bermanfaat untuk ummat Islam pada umumnya, khususnya mereka yang sedang giat mempelajari Bahasa Arab agar bisa mengambil faidah ilmu nahwu dan sharaf sekaligus ilmu akidah dalam buku ini. Kami mengucapkan terima kasih untuk seluruh mahasantri Program NIKAH yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Mereka adalah M. Dzuhri, Udin Hasanudin, Bahrudin, Ahmad Zamzuli, M. Andri Hamsyah, Didik Pramuji, Madiasyah, Syafwan Hadi, Syarif Hidayat, Sugi Khozani, dan juga para peserta akhawat, Zainun Ahmad, Tamia Dian, Finna Rovita, Hasna Habibah, Ayu Catur Wardani, Leni Nur, Lia Qurrata Akyuni,  Desi Sopianti dan seluruh peserta Program NIKAH pada umumnya. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Nur Fajri Ramadhan dan Ustadz Athoilah hafidzahumallah yang membantu kami selama menjalankan program ini. Semoga upaya bersama kita ini, terhitung sebagai ilmu yang bermanfaat dan diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla. 

Depok, 28 Rajab 1436 H / 17 Mei 2015 

Muhamad Mirjani, Lc & Abu Razin


BIOGRAFI Al IMAM AL HUMAIDIY

Beliau bernama Abdullah bin Zubair bin Isaa bin Ubaidillah Usamah Abu Bakr al-Qurasy al-Asadi al-Humaidy. Beliau mempunyai guru yang terkenal diantaranya, Fudhail bin Iyadh, Sufyan bin Uyainah, dan Imam asySyafi’i. Dan diantara muridnya yang terkenal adalah al-Bukhari, Abu Zur’ahdan Abu Hatim.Banyak sekali pujian ulama terhadapnya, diantaranya: Imam Ahmad dan Imam Bukhari mengatakan “al-Humaidy bagi kami adalah imam”. AlHakim mengatakan: “Bila Imam al-Bukhari mendengar hadits dari Humaidy, maka dia tidak berpaling kepada selainnya.Imam al-Humaidy meninggal pada tahun 219 H. Karya-karyanya selain Ushulus Sunnah adalah al-Musnad, Tafsir dan Dalaail. Ada penyebab karya ini mengapa ditulis sangat ringkas diantaranya karena ulama-ulama terdahulu, khususnya di zaman tiga generasi terbaik, mempunyai pondasi keimanan yang kuat. Sehingga jarang sekali ditemukan problematika yang rumit dalam masalah keimanan. Tetapi lambat laun, seiring dengan masuknya peradaban kaum non-Arab yang masuk Islam dan juga misionaris yang ingin menghancurkan Islam sehingga terjadi kekacauan dalam sendisendi aqidah Islam yang murni. Maka perlu adanya pemurnian kembali dalam masalah aqidah. Diantaranya adalah karya buku ini, yang ringkas tetapi padat isinya.Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita dalam beriman dan beramal shalih untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

 ُۡ ۡنَم هَّنَيِح ي ُنَلَفۡٞنِؤ م ُمَۡوُهَوََٰۡ نثََُٰۡ ۡ أ ۥ ۡ وَأٍۡرَكَذۡنِ مۡاٗحِلَٰ َصَۡلِمَع ۡ وَيَح مُهَج ر َأۡ مُهَّنَيِ ج ز ََ لنَوۡ ٗۖٗةَبِ يَطۡٗة  ٩٧َۡ ون ُلَع م َيْۡواُنَكَۡاَمِۡنَ ح س َأِب

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” [QS. An-Nahl : 97]

 َ   الَق   امَمِ الإ  –يِدْيَ الح م   هَِحَِر : – الل َْا ن َاَدْةِ   ن ُ ة َ  ُُّّ الس ِ  خِرَدَ الق ِ ج ل  ب ُ الر َنِمْي ؤ هِّم ر َ وِهِوْ ح ل ِهِّ َ شََ وِهِْ ْ ، يْ مَ ه  ل َاب َ ُُّّصَا ن َ م ُ َ نَمَلْعَ يْ َنَو  هَبْيِ صِ لِ ْ ك ن َ يْمَ ه  ل َأَطْخَ ا ن َ م ُ َنَ ه  و َئِطْ خِ ُ   ،  لِ ْ ك ن َي ُ ك َكِلَ ذُ َنَو .لَجَ وُزَ نِ الل َنِ مٌاء َضَ ه  ق

Iman Kepada Qadha dan Qadar

Sunnah menurut kami (Imam Al Humaidiy) adalah seseorang berimankepada takdir yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yangpahit. Sepatutnya ia mengetahui bahwa musibah yang menimpa dirinyatidak akan meleset darinya, dan segala yang meleset darinya tidak akanmenimpanya. Semua hal itu adalah al-qadha (ketentuan) dari Allah ‘Azza waJalla. ُ

 ةَّيِمْلِ الع ُدِائَوَ الف ِ رَدَ الق َ وِ اء َضَقْالِ بُ انَمْيِ الإ

Definisi sunnah disesuaikan dengan cabang ilmu. Definisi sunnahberbeda-beda antara ulama ahli fiqh, ulama ushulussunnah, ulama ahli aqidah,dan sebagainya. Definisi sunnah dalam bab ini dibatasi oleh definisi aqidah:
1. Sunnah adalah lawan bi’dah (suatu perkara yang dianggap baru dalamagama).
2.Keyakinan yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallamKalimat‘indana menurut Imam Al Humaidi adalah ahlus sunnahwaljama’ah atau para pengikut sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamhingga hari kiamat.Beberapa kemungkinan bab takdir menjadi pembahasan pertama 


Semoga Bermanfaat Salam :Moh. Arif Andrian

No comments