Pendidikan Berbasis Keluarga

Share:
Aspek pertama yang penting dalam pendidikan adalah moralitas. Melalui pendidikan, peserta didik diarahkan untuk mampu membedakan antara yang benar dan salah. Parameter benar salah adalah norma yang berkembang di masyarakat dimana umumnya diambil dari nilai-nilai agama. Proses pengajaran tak melulu dogmatis. Semakin dewasa usia, peserta didik diajak berfikir mengapa hal ini dilarang, dan hal itu diperintahkan. Norma memang tak bisa diajarkan di kelas dengan melalui berbagai buku teks pelajaran, namun sikap antusiasme belajar di kelas disamping juga monitoring perkembangan prilaku peserta didik harus distimulus oleh para pendidik. Guru disamping sebagai pengajar juga menanamkan nilai-nilai. Dengan demikian, peserta didik yang memperoleh pendidikan formal memiliki prilaku positif sesuai dengan norma yang berkembang di masyarakat. 


Aspek kedua adalah keterampilan (skill). Melalui pendidikan, peserta didik memiliki keterampilan khusus di bidang tertentu yang selanjutnya menjadi sebuah modal dalam menghadapi kehidupan. Keterampilan khusus ini pada akhirnya menjadi profesi dalam pekerjaan. Sekolah (terutama universitas) harus mampu mencetak lulusan yang memiliki keterampilan tertentu. Hal ini sebagai upaya menciptakan produktivitas kerja dan mengerem jumlah pengangguran. Selain itu, sekolah harus mampu mengidentifikasi keunikan tiap peserta didik dan selanjutnya mengarahkannya ke bidang yang menjadi potensi ia di kemudian hari.  

Berat Sebelah 

Ketika saya memberikan les privat kepada anak sekolahan yang mayoritas SMA, seringkali saya menanyakan kondisi pembelajaran yang ia lakukan di sekolah. Seringkali saya mendapati anak-anak yang mengeluh karena terlalu banyak tugas/Pekerjaan Rumah (PR). Juga anak-anak yang menerima apa adanya. Mereka juga menceritakan tentang jam pelajaran di kelas yang sangat padat. Ada satu sekolah yang masuk jam tujuh pagi dan pulang pada jam empat sore. Hal ini berimplikasi pada jam bermain mereka yang sangat terbatas. Dunia universitas biarpun seolah bebas namun nyatanya terkekang oleh sistem yang dibuat oleh kampus. Dunia akademik dengan tugas-tugas yang berjibun menjadikan mahasiswa gamang beraktivitas di organisasi kemahasiswaan. Salah satu implikasinya, kita bisa melihat dari aktivitas organisasi sentral kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seolah hanya sekedar rutinitas tanpa arti. Sesuatu yang diperjuangkan bias entah arahnya kemana.  

Melihat kenyataan di atas ditambah dengan apa yang pembaca rasakan, lembaga pendidikan kita seolah hanya mengajarkan keterampilan (skill). Moralitas yang menjadi nilai inti dari pendidikan nyatanya tak terlalu ditekankan oleh lembaga pendidikan. Bahkan ada lembaga pendidikan yang menyarankan peserta didik untuk mencontek ramai-ramai saat Ujian Nasional. Dari waktu ke waktu, kita dapat menyaksikan langsung atau melalui media massa bahwa semakin banyak anak usia sekolah yang terlibat tawuran, hamil di luar nikah, pengguna narkoba, dan lain sebagainya. Semua ini tak lain salah satu sebabnya adalah pendidikan moral tak begitu berjalan di lembaga pendidikan formal kita. 

Memperkuat Keluarga 

Semakin kesini, kita tak bisa mengandalkan lembaga pendidikan formal untuk memperbaiki moral anak-anak kita. Penumbuhan moral tak lain tak bukan berawal dari keluarga. Ingat, moral tak dapat diajarkan melainkan dicontohkan. Sang Ibu mencontohkan bagaimana memulai makan dengan berdoa, sementara sang ayah mencontohkan bagaimana caranya bersikap ketika bertemu orang tua. Masih banyak contoh lainnya. Intinya, melalui basis keluargalah prilaku anak dididik dan diarahkan. Maka dari itu, fondasi keluarga harus dibentuk secara kokoh. Jika paramater moral adalah ajaran agama, maka suasana keluarga harus dibentuk sedemikian hingga sesuai dengan tuntunan agama. Jangan sampai keluarga mengarah ke broken home yang berimplikasi langsung maupun tidak langsung bagi psikologis anak.  

Saat ini sedang trend "Home Schooling". Saya rasa ini aksi anarkisme sebagai bentuk kritik bagi sekolah-sekolah formal yang gagal dalam "mendidik" para siswanya

Isi buku: Peran Teknologi dalam Pembangunan (Uruqul Nadhif Dzakiy)
Semoga Bermanfaat Salam :Moh. Arif Andrian

No comments