Menurut
Iskandar Alisyahbana (1980) “Teknologi
telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu, karena dorongan untuk hidup
yang lebih nyaman, dan lebih sejahtera”. Secara harfiah teknologi dapat
diartikan pengetahuan tentang cara. Sedangkan mengenai pembelajaran,
pembelajaran telah berlangsung sejak awal peradaban dan budaya manusia. Jika
kita berpegangan kepada konsep teknologi sebagai cara dan pendidikan telah
berlangsung sejak peradaban manusia, maka awal tumbuhnya teknologi pembelajaran
dapat dikatakan telah ada sejak dahulu, dimana orang tua mendidik anaknya
dengan cara memberi pengalaman serta memanfaatkan lingkungannya. Saettler
berpendapat bahwa “Sumber tumbuhnya
teknologi pembelajaran dapat ditelusuri sampai dengan kaum sufi, dengan cara
mereka menjajakan pengetahuannya”.
Berikut adalah
4 bentuk penerapan teknologi dibidang edukasi:
A. Teknologi gambar bergerak(Film)
Film atau gambar hidup merupakan
gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa
proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.
Film yang dimaksudkan di sini adalah
film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan, atau penyuluhan.
Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan melalui film, antara lain tentang proses
yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi dalam suatu industri,
kejadian-kejadian dalam alam, tata cara kehidupan di negara asing, berbagai
industri dan pertambangan, mengajarkan suatu ketrampilan, sejarah kehidupan
orang-orang besar dan sebagainya.
Pada akhir tahun 1950
teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual,
sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan
atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang
sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau
media. Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori
tingkah-laku (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi
penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran, Teori ini mendorong orang untuk
lebih emperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini,
mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus
tertanam pada diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan.
Menggunakan film dalam pendidikan
dan pengajaran di kelas sangat berguna atau bermanfaat terutama untuk:
1.
Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
2.
Menambah daya ingat pada pelajaran.
3.
Mengembangkan daya fantasi anak didik.
4.
Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
Carpenter dan Greenhill (1956) dalam
mengkaji hasil-hasil penelitian tentang film menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Film yang diproduksi dengan baik, bila digunakan baik
sendirian maupun dalam suatu seri dapat diterapkan sebagai alat utama untuk
mengajar ketarampilan penampilan (performance) tertentu dan untuk menyampaikan
beberapa jenis data faktual.
2.
Tes setelah menonton akan meingkatkan belajar, jika
siswa telah diberi tahu apa yang harus diperhatikannya dalam film, dan bahwa
mereka akan di tes tentang isi film tersebut.
3.
Siswa akan belajar lebih banyak jika diberi petunjuk
studi untuk tiap film yang dipakai dalam kegiatan belajar-mengajar.
4.
Mencatat sambil menonton film hendaknya dicegah,
karena hal itu akan mengganggu perhatian siswa trhadap film itu sendiri.
5.
Pertunjukan film secara bergantian dapat meningkatkan
belajar.
6.
Film-film pendek dapat dipenggal menjadi film sambung
dan bermanfaat untuk kepentingan praktek atau latihan.
7.
Siswa dapat menonton film selama satu jam tanpa
mengurangi keefektifan dari tujuan pertemuan tersebut.
8.
Keefektifan belajar melalui film harus dievaluasi.
9.
Sesudah sebuah film dipertunjukkan, lalu pokok-pokok
isinya dijelaskan dan didiskusikan, akan mengurangi salah pengertian di
kalangan siswa.
10.
Kegiatan lanjutan setelah menonton film hendaknya
digalakkan untuk memungkinkan pemahaman yang lebih tuntas.
Film harus dipilih agar sesuai
dengan pelajaran yang sedang diberikan. Untuk itu guru harus mengenal film yang
tersedia dan lebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi
pelajaran. Sesudah film dipertunjukkan perlu diadakan diskusi, yang juga perlu
disisapkan sebelumnya. Ada kalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau
lebih utuk memperhatikan aspek-aspek tertentu. Agar anak-anak jangan hanya
memandang film itu sebagai hiburan, sebelumnya mereka ditugaskan untuk
memperhatikan hal-hal tertentu. Sesudah itu dapat ditest berapa banyakkah yang
dapat mereka tangkap dari film itu.
B. Televisi
Edukasi
Lahirnya televisi
sebagai media untuk menyampaikan pesan tidak lepas dari perkembangan peradaban
manusia. Sejarah peradaban manusia ini oleh dibagi menjadi 3 gelombang (RM. Roy
Suryo, 1996: 12-14), yakni:
1. Gelombang
pertama (8000 tahun sebelum masehi)
Gelombang
pertama ini merupakan gelombang perubahan atau peralihan budaya no maden dan
pengumpulan hasil hutan ke penerapan teknologi pertanian. Dalam proses ini
manusia telah menunjukkan kecenderungan untuk beralih dari budaya no maden
(berpindah-pindah tempat tinggal) ke budaya untuk tinggal di suatu daerah
tertentu. Salah satu ciri utama dalam peradaban gelombang pertama ini adalah
digunakannya energi alamiah otot manusia, kuda dan sebagainya yang tidak dapat
diperbaharui. Perkembangan peradaban manusia ini merupakan sejarah perkembangan
peradaban yang mencakup kurun waktu yang lama yakni mencapai hampir 10.000
tahun.
2. Gelombang
kedua (tahun 1700-1970)
Dalam
era gelombang kedua ini ditandai dengan terjadinya revolusi industri di Inggris
dengan diciptakannya berbagai perlatan mekanis yang menggunakan bahan bakar
tambang alam. Energi otot manusia, hewan dan angin mulai digantikan dengan penggunaan
minyak, batu bara, gas dan sebagainya yang melahirkan banyak barang-barang
komsumsi secara massal.
3. Gelombang
ketiga (tahun 1970-2000)
The
third wave dimulai dengan terjadinya kemajuan teknologi dalam komunikasi
dan pengolahan data, penerbangan dan aplikasi angkasa luar, energi alternatif
dan energi yang dapat diperbaharui serta genetik dan bioteknologi pada umumnya
dengan mikro elektronik dan komputer sebagai teknologi intinya.
Keberadaan media
televisi juga sangat berkaitan dengan terlebih dahulu ditemukannya fotografi
dan film seluloid. Konsep photos dan graphos atau merekam
gambar melalui cahaya dimulai dengan ditemukannya camera
pinhole sekitar abad ke-16 hingga 17, yaitu alat berupa kotak yang terbuat
dari papan kayu dan salah satu dinding kotak tersebut dilengkapi
lensa obscureyaitu lubang kecil tepat ditengah-tengah.
Penyempurnaan - penyempurnaan
fotografi terus berlanjut, pada tahun 1826 Joseph Nicephore Niepce dari Prancis
berhasil membuat lapisan yang berasal dari campuran perak untuk menciptakan
gambar pada sebuah lempengan timah tebal kemudian disinari dengan cahaya untuk
menghasilkan gambar. Dalam perkembangannya, proses visualisasi kamera kemudian
dilengkapi dengan lubang kecil guna menentukan cahaya yang dapat diterima oleh
plat film yang berfungsi sebagai media perekaman hasil bias. Hasil fotografi
adalah citra atau ilusi satu gambar tetap (still picture) sehingga tidak
menghasilkan ilusi atau kesan gerakan. Perkembangan fotografi ini terus
didorong dengan dirintisnya penciptaan film (motion picture) oleh Thomas Alva
Edison dengan diciptakannya kinetiscope. Kemudian penemuan ini
dikembangkan oleh Lumiere bersaudara pada 28 desember 1894 dengan
dibuatnya cinematographe, yakni piranti yang mengkombinasikan kamera
sebagai alat untuk memproses film dengan proyektor menjadi satu (Marselli
Sumarno, 1996:2-3).
Penciptaan alat untuk
merekam gambar yang pada mulanya hanya still picture kemudian
menjadi motion picture yang masih menggunakan alat mekanik dan proses
kimiawi mulai mengalami pergeseran perkembangan seiring dengan penemuan dan
perkembangan listrik dan gelombang radio. Sebelumnya, pada tahun 1802 Dane
menemukan teknologi radio dengan prinsip bahwa pesan dapat dikirimkan melalui
kawat beraliran listrik dalam jarak pendek. James Maxwell menerapkan prinsip
baru untuk mewujudkan gelombang elektromagnetis yaitu gelombang yang digunakan
televisi tahun 1965. Gerakan atau gelombang elektromagnetis dapat mengarungi
ruang angkasa dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya. Penemuan
Maxwell ini kemudian dikembangkan Heinrich Herzt dengan menemukan gelombang
elektromagnetik pada tahun 1880. Kemudian Guglielmo Marconi yang memperkenalkan
proses penyampaian pesan melalui gelombang radio untuk pertama kalinya pada
tahun 1895.
Pada tahun 1875 George
Carey di Boston mengembangkan gambar televisi dengan hasil visualisasi yang
belum sempurna. Kemudian oleh WE Sawyer dari Amerika dan Maurice Leblanc
dari Perancis pada tahun 1880, visualisasi gambar televisi disempurnakan dengan
penayangan elemen-elemen gambar secara cepat garis demi
garis, frame demi frame. Tahun 1884 seorang mahasiswa di Berlin
Jerman bernama Paul Nipkow menciptakan sebuah alat untuk memproyeksikan gambar
dengan tenaga listrik dan pancaran gelombang radio yang merupakan cikal bakal
pesawat televisi. Pada tahun itu pula penemuan Paul Nipkow itu dipatentkan dan
bercita-cita menciptakan prinsip-prinsip pembentukan gambar yang kemudian
dikenal sebagai Nipkow disk atau Jantra Nipkow (Freddy H Istanto,
1999:99). Jantra Nipkow melahirkan televisi mekanis, yaitu prinsip gambar kecil
yang dibentuk oleh elemen-elemen secara teratur (scanning device).
Elemen-elemen itu akan membentuk gambar ketika diputar secara mekanis dengan
lingkaran spiral.
Pada tahun 1920 Charles
F.Jenskin (Amerika Serikat), John Lugie Baird (Skotlandia) dan Ernst FW
Alexander (Amerika Serikat) membuat penelitian yang mengantar Charles F.
Jenskin pada tahun 1925 berhasil membuat gambar bayangan atau silhoutte. Sedang
John Lugie Baird menemukan dasar-dasar bagi televisi berwarna yang kemudian
berhasil pula menciptakan prinsip-prinsip bagi pengembangan teknik gambar hidup
atau bioskop. Menyusul kemudian Ernst FW Alexander dari General Electric New
York pada tanggal 11 September 1928 berhasil menayangkan drama televisi untuk
pertama kalinya di Amerika Serikat. Seorang ahli berkebangsaan Rusia yang
hijrah ke Amerika Serikat, Vladimir K.Zworykin pada tahun 1923 merancang tabung
kamera ikonoskop yang mendasari perkembangan sistim televisi elektris. Kemudian
penemuan ini dilanjutkan dengan mempatentkan televisi elektronis berwarna pada
tahun 1925, ciptaannya ini didemonstrasikan di New York World’s Fair pada tahun
1939.
Pada tahun 1942
perusahaan-perusahaan televisi besar mulai bermunculan di Amerika Serikat
seperti NBC, CBS. Pada saat itu stasiun televisi CBS telah menyiarkan
berita serbuan pasukan Jepang ke pelabuhan Pearl Harbour Hawaii. Karena serbuan
Jepang ini , maka pemerintah Amerika Serikat membuat kebijakan dengan memerintahkan
semua pembangunan studio radio dan televisi agar dihentikan untuk digunakan
kepentingan pertahanan sipil, tempat latihan dan Palang Merah. Amerika Serikat
juga berperan sebagai pelopor penggunaan televisi berwarna yang diperkenalkan
pada tahun 1953. Tv kabel interaksi diperkenalkan di Columbus Ohio pada tahun
1977. pembangunan televisi kabel ini difungsikan untuk menjawab ketidakmerataan
penerimaan gelombang televisi di daerah-daerah Amerika Serikat. Sebenarnya pada
tahun 1940-an teknologi ini sudah diperkenalkan dengan menggunakan bantuan
antena besar semacam decoder yang diletakkan di daerah yang tinggi
kemudian sinyal diterima oleh receiver antena yang lain kemudian
disalurkan ke pesawat-pesawat televisi dengan melalui kabel.
Perkembangan televisi
di kawasan Eropa dpelopori oleh Inggris dengan mengawali siaran penayangan
upacara penobatan raja George VI pada tahun 1937. Kemudian hampir bersamaan
dengan Amerika Serikat, pada tahun 1954 mereka mulai menyiarkan program
siarannya dengan tayangan televisi berwarna. Perkembangan ini diikuti oleh
Jerman dengan memulai siaran televisi pada tahun 1948 kemudian negara Italia
memulainya pada tahun 1953.
Di Asia pada tahun 1953
Jepang yang jauh sebelumnya melakukan penelitian-penelitian tentang televisi
melakukan siaran untuk pertama kalinya dengan stasiun televisi NHK. Kemudian
baru diikuti oleh negara Filipina pada tahun yang sama lalu disusul Thailand
sejak tahun 1955. Pada tahun 1962, bersamaan dengan Indonesia, Republik Rakyat
Cina memulai siaran televisi untuk pertama kalinya. Kebutuhan manusia pada
media ini yang semakin besar juga membuat Jepang sebagai negara dengan
kemampuan teknologi yang lebih maju mulai merintis sistem televisi HDTV (high
definition television) pada tahun 1980, dengan teknologi ini kualitas visual
yang dihasilkan dan diterima oleh penonton semakin baik.
C. Radio Edukasi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2002 Tentang Penyiaran dalam Judhariksawan (2010:17), radio adalah
kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum
frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat
diterima secara serentak dan bersamaan oleh
masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan.
Sejarah media penyiaran di dunia dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi
dan sejarah penyiaran sebagai suatu industri. Dimana radio adalah penemuan teknologi.
Rincian sejarah:
1. Ditemukan
oleh para ahli teknik di Eropa dan Amerika
2. Tahun
1887, Heinrich Hertz berhasil mengirim dan menerima gelombang radio
3. 1874,
Guglielmo Marconi dari Italia mampu mengirimkan sinyal morse dari sebuah
pemancar kepada suatu alat penerima (berhasil menyebrangi Samudra Atlantik pada
tahun 1901)
4. Sebelum
PD 1 , Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric(GE)
Corporation Amerika berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan
tinggi yang berhasil mengirimkan suara manusia dan juga musik
5. Sejak
saat itu radio semakin berkembang hingga tahun 1938 muncul berbagai stasiun
radio.
Menurut Djamal (2011: 57-58) radio dapat digolongkan
menurut sumber pendanaan dan format siaran. Adapun radio yang digolongkan menurut
sumber pendanaan yaitu:
1. Radio
Publik
Radio yang mendapatkan seluruh atau
sebagian pendanaan operasional dari pemerintah
2. Radio
Swasta
Radio yang memperoleh pendanna
operasional secara swadaya lewat potensi siaran iklan
3. Radio
Komunitas
Radio yang mendapat anggaran operasional
dari swadaya melalui pengumpulan donasi komunitasnya dan pihak yang bersimpati.
Sedangkan radio yang
digolongkan menurut format siaran atau jenis program yaitu:
1. Radio
Berita
Radio yang mempunyai format siaran
berita dengan aspek wawancara eksklusi, laporan investigasi, breaking news, headline news, serta
ulasan mengenai ekonomi dan politik
2. Radio
Hiburan
Radio yang menyiarkan hiburan dalam
berbagai bentuk seperti pagelaran musik, kuis.
3. Radio
Pendidikan
Radio memiliki program tetap seputar
pendidikan seperti olahraga, tataboga, tatabusana, bahasa inggris.
Menurut Masduki (2001), radio pendidikan merupakan
media radio yang dapat difungsikan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan,
sesuai dengan peran ideal radio sebagai media publik yaitu penyampai informasi,
pendidikan dan hiburan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Nasution (2005: 106-107) ada beberapa alasan
menggunakan siaran radio dalam dunia pendidikan yaitu :
a. Siaran
dapat membawa dunia luar ke dalam kelas yang menyamai dunia langsung
b. Siaran
merupakan sumber informasi yang paling mutakhir dalam bentuk mudah dipahami,
disamping buku, film, gambar dan lain-lain.
c. Siaran
menciptakan suasana yang menyenangkan, merangsang dan membangkitkan ide-ide
baru.
d. Siaran
dapat memberi informasi yang tidak dapat segera diberikan guru.
e. Cara
penyajian oleh siaran sangat sangat hidup, menarik dan mengundang keterlibatan
anak dalam peristiwa yang diperlihatkan.
f. Siaran
dapat menyampaikan hal-hal yang tidak dapat disajikan oleh guru seperti musik,
bentuk-bentuk kebudayaan, kesenian dan sebagainya.
Siaran dapat mengembangkan kesanggupan dan
ketrampilan atau teknik untuk melihat atau mendengarkan. Dengan demikian radio pendidikan dalam
dunia pendidikan merupakan media siar yang dapat dijadikan media belajar yang
menyajikan sumber informasi pembelajaran bagi masyarakat pendengar dalam rangka
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang ekonomis, praktis, mudah, dan fleksibel.
D. Teknologi
Komputer dan Edukasi
Beriringan
dengan perkembangan zaman pada era globalisasi dengan ditandai perkembangan
produk dan pemanfaatan teknologi informasi, maka konsepsi penyelenggaraan
pembelajaran telah bergeser pada upaya perwujudan pembelajaran modern. Para
tokoh dalam bidang Pendidikan berupaya melakukan penelitian dengan
mengembangkan konsep Teknologi Pembelajara, walaupun pada dasarnya konsep
Teknologi Pendidikan ini masih tertuju pada upaya melahirkan prosedur-prosedur
pemecahan masalah belajar manusia. Beberapa inovasi dalam model pembelajaran
berbasis teknologi informasi mulai ditemukan. Beberapa diantaranya ialah
animation learning, games learning, dan tutorial computer based learning.
Seiring dengan majunya perkembangan software dan hardware untuk menunjang
kemajuan pembelajaran modern, maka pada tahun 1997-sekarang ini kelompok
software intelligence berhasil menemukan pola-pola berfikir dan peberdayaan
kemampuan otak manusia yang mampu mengimbangi kecepatan kreja produk hardware
intelligence sehingga lahirlah beberapa konsep-konsep belajar seperti quantum,
accelerad learning, integrated learning, dan sejeisnya.
Perkembangan
Teknologi Informasi yang mampu mngolah, mengemas, dan menampilkan, serta
menyebarkan informasi pembelajaran baik dengan cara audiovisual, bahkan
multimedia mampu mewujudkan apa yang disebut dengan Virtual Learning. Konsep
seperti ini berkembang sehingga mampu mengemas setting dan realitas pembelajaran
sebelumnya yang kurang menarik menjadi lebih menarik dan memberikan
pengondisian secara psikologis adaptif pada si pembelajaran di mana pun mereka
berada.
Dengan
menggunakan kemajuan teknologi computer dalam edukasi, terutama Informasi
Elektronik sebagai Sumber Belajar sehari-hari dapat memberikan manfaat yang
lebih seperti :
1. Memperluas
“background knowledge” guru.
2. Pembelajaran
yang dinamis dan fleksibel.
3. Mengatasi
keterbatasan bahan ajar.
4. Kontribusi
dan pengayaan bahan ajar.
5. Implementasi
SAL – CBSA.
Walaupun
banyak manfaat yang akan di terima, bagaimanapun juga proses pembelajaran tidak
bisa terlepas dari keberadaan dan penggunaan sumber belajar. Kemajuan teknologi
komputer dibidang teknologi informasi seperti ini hanya mampu memperkaya proses
belajar yang sedang berlangsung. Dengan demikian, tersedianya sumber belajar
yang memadai akan dapat memberikan improvement, maintenance, dan dapat
memperkaya (enrichment) suatu proses pembelajaran.
Kemajuan
komputer terutama dalam bidang informasi berawal pada tahun 1957 ketika Uni
Soviet meluncurkan satelit spunik yang oleh Amerika sebagai rival dari Uni
Soviet menganggapnya sebagai sebuah ancaman. Amerika yang saat itu dipimpin
oleh D.Eisenhower langsung bergerak cepat membuat ARPA (Advanced Research Project
Agency), sebuah Lembaga risat yang bernaung di bawah departemen pertahanan AS.
Pada 1969, Departemen pertahanan AS memerintahkan ARPA untuk membangun suatu
jaringan komunikasi berbasis komputer agar dapat berhubungan dengan kalangan
Universitas yang pada akhirnya keluarlah ARPAnet. Pada awalnya ARPAnet hanya
terhubung pada 4 universitas saja yaitu SRI(Stanford Research Institute), UCLA
(University of California, Los Angles), dan University of Utah. Pada 1970,
peneliti di Stanford University menghasilkan sebuah protocol yang disebut
TCP/IP yang hingga saat ini menjadi protocol standar dalam internet.
Dengan
adanya TCP/IP ini maka komputer yang terkoneksi dalam Internet dapat sasling
bertukar informasi dengan memanfaatkan bbeberapa layanan seperti WWW (World
Wide Web), FTP (File Transfer Protocol), remote login, (Telnet/Network Terminal
Protocol), e-mail, NFS (Network File System), dan sebagainya.
Dengan
adanya internet dapat memberikan banyak bahan ajar sebagai sumber rujukan,
foto, ilustrasi, peristiwa, animasi, hubungan antara konsep dan teori,
koneksitas antarkata inti tentang sebuah ilmu, dan upaya-upaya pengembangannya.
Internet
menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenarnya, suatu institusi
yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu susah-susah membangun
perangkat lunak unutk e-learning yang dibutuhkannya. Sudah banyak yang beredar
pilihan aplikasi yang tersedia dari yang mulai gratis hingga yang berbayar.
Ketika memutuskan untuk menerapkan distance learning yang harus dilakukan
pertama kali adalah memahami model CAL + CAT (Computer Assisted Learning +
Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model yang
menerapkan CAL + CAT diantaranya LSM (Learning Management System), CBT (
Computer Based Learnig), CAP (Course Authoring Package), JDT (Java Development
Tools), da internet dalam E-Learning.
Pada
sejarahnya E-Learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illinois di
Urbana-Campaign dengan menggunakan system instruksi berbasis komputer dan
komputer bernama PLATO, dan sejak saat itu perkembangan e-learning dari masa ke
masa mengalami perubahan. Tahun 1990, pada era CBT mulai bermunculan aplikasi
e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk CD-ROM dengan isi
materi dalam bentuk tulisan ataupun multimedia (video dan audio) dalam format
mov, mpeg-1, atau avi. Lalu pada 1994, paket-paket CBT mulai diterima oleh
masyarakat luas dan mulai diproduksi secara masal dengan paket-paket yang
menarik. Pada 1997, LMS (Learning Management System). Semakin majunya era
internet dan orang-orang awam mulai bisa merasakan internet, Kebutuhan
informasi secara cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan disilah
lahir yang Namanya LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran
baru untuk mengatasi masalah interoperability antar -LMS yang satu dengan yang
lainnya secara standar. Tahun 1999 adalah tahun lahirnya aplikasi e-learning
berbasis web. Web berkembang secara total, baik untuk pembelajaran (leaerner)
maupun administrasi belajar mengajarnya.
Referensi
Azhar, Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Darmawa, Deni. 2004. Pengembangan Elearning Teori dan Desain.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djamal,
Hidajanto. 2011. Dasar-dasar penyiaran.
Jakarta : Prenadamedia Group.
Istanto, Freddy H. Peran Televisi Dalam Masyarakat Citraan Dewasa Ini Sejarah,
Perkembangan Dan Pengaruhnya. NIRMANA Vol. 1, No. 2, Juli 1999 Jurnal
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen
Petra
Ira Triyunani.
2015. “Pelaksanaan Program Telusur
Sejarah di radio edukasi Yogyakarta”. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Yogyajarta
Morissan.
2008. Manajemen Media Penyiaran.
Jakarta : Prenadamedia Group.
Nasution, Zulkarimein.1984. Media Dalam Pembelajaran. Jakarta: CV.
Rajawali
Nasution. 2011. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Natakusumah, Sinwari 1986. Media Pendidikan
: pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya, Jakarta: CV.
Rajawali.
Suryo, RM Roy. 1996. Televisi Sebagai Fungsi Media Komunikasi Massa. Yogyakarta.
Bahan Diktat Pendidikan Audio Visual Reguler LPM MANDIRI Yogyakarta
Sastro Subroto, Darwanto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press
Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Pers.
Semoga Bermanfaat Salam :Moh. Arif Andrian
No comments