Sejarah Teknologi Edukasi dan Contoh Penerapanya

Share:


Menurut Iskandar Alisyahbana (1980) “Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu, karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, dan lebih sejahtera”. Secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Sedangkan mengenai pembelajaran, pembelajaran telah berlangsung sejak awal peradaban dan budaya manusia. Jika kita berpegangan kepada konsep teknologi sebagai cara dan pendidikan telah berlangsung sejak peradaban manusia, maka awal tumbuhnya teknologi pembelajaran dapat dikatakan telah ada sejak dahulu, dimana orang tua mendidik anaknya dengan cara memberi pengalaman serta memanfaatkan lingkungannya. Saettler berpendapat bahwa “Sumber tumbuhnya teknologi pembelajaran dapat ditelusuri sampai dengan kaum sufi, dengan cara mereka menjajakan pengetahuannya”.
Berikut adalah 4 bentuk penerapan teknologi dibidang edukasi:



A.      Teknologi gambar bergerak(Film)
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.
Film yang dimaksudkan di sini adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan, atau penyuluhan. Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan melalui film, antara lain tentang proses yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi dalam suatu industri, kejadian-kejadian dalam alam, tata cara kehidupan di negara asing, berbagai industri dan pertambangan, mengajarkan suatu ketrampilan, sejarah kehidupan orang-orang besar dan sebagainya.
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media. Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah-laku (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran, Teori ini mendorong orang untuk lebih emperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan.
Menggunakan film dalam pendidikan dan pengajaran di kelas sangat berguna atau bermanfaat terutama untuk:
1.    Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
2.    Menambah daya ingat pada pelajaran.
3.    Mengembangkan daya fantasi anak didik.
4.    Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
Carpenter dan Greenhill (1956) dalam mengkaji hasil-hasil penelitian tentang film menyimpulkan sebagai berikut:
1.        Film yang diproduksi dengan baik, bila digunakan baik sendirian maupun dalam suatu seri dapat diterapkan sebagai alat utama untuk mengajar ketarampilan penampilan (performance) tertentu dan untuk menyampaikan beberapa jenis data faktual.
2.        Tes setelah menonton akan meingkatkan belajar, jika siswa telah diberi tahu apa yang harus diperhatikannya dalam film, dan bahwa mereka akan di tes tentang isi film tersebut.
3.        Siswa akan belajar lebih banyak jika diberi petunjuk studi untuk tiap film yang dipakai dalam kegiatan belajar-mengajar.
4.        Mencatat sambil menonton film hendaknya dicegah, karena hal itu akan mengganggu perhatian siswa trhadap film itu sendiri.
5.        Pertunjukan film secara bergantian dapat meningkatkan belajar.
6.        Film-film pendek dapat dipenggal menjadi film sambung dan bermanfaat untuk kepentingan praktek atau latihan.
7.        Siswa dapat menonton film selama satu jam tanpa mengurangi keefektifan dari tujuan pertemuan tersebut.
8.        Keefektifan belajar melalui film harus dievaluasi.
9.        Sesudah sebuah film dipertunjukkan, lalu pokok-pokok isinya dijelaskan dan didiskusikan, akan mengurangi salah pengertian di kalangan siswa.
10.    Kegiatan lanjutan setelah menonton film hendaknya digalakkan untuk memungkinkan pemahaman yang lebih tuntas.
Film harus dipilih agar sesuai dengan pelajaran yang sedang diberikan. Untuk itu guru harus mengenal film yang tersedia dan lebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. Sesudah film dipertunjukkan perlu diadakan diskusi, yang juga perlu disisapkan sebelumnya. Ada kalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih utuk memperhatikan aspek-aspek tertentu. Agar anak-anak jangan hanya memandang film itu sebagai hiburan, sebelumnya mereka ditugaskan untuk memperhatikan hal-hal tertentu. Sesudah itu dapat ditest berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari film itu.

B.       Televisi Edukasi
Lahirnya televisi sebagai media untuk menyampaikan pesan tidak lepas dari perkembangan peradaban manusia. Sejarah peradaban manusia ini oleh dibagi menjadi 3 gelombang (RM. Roy Suryo, 1996: 12-14), yakni:
1.    Gelombang pertama (8000 tahun sebelum masehi)
Gelombang pertama ini merupakan gelombang perubahan atau peralihan budaya no maden dan pengumpulan hasil hutan ke penerapan teknologi pertanian. Dalam proses ini manusia telah menunjukkan kecenderungan untuk beralih dari budaya no maden (berpindah-pindah  tempat tinggal) ke budaya untuk tinggal di suatu daerah tertentu. Salah satu ciri utama dalam peradaban gelombang pertama ini adalah digunakannya energi alamiah otot manusia, kuda dan sebagainya yang tidak dapat diperbaharui. Perkembangan peradaban manusia ini merupakan sejarah perkembangan peradaban yang mencakup kurun waktu yang lama yakni mencapai hampir 10.000 tahun.
2.    Gelombang kedua (tahun 1700-1970)
Dalam era gelombang kedua ini ditandai dengan terjadinya revolusi industri di Inggris dengan diciptakannya berbagai perlatan mekanis yang menggunakan bahan bakar tambang alam. Energi otot manusia, hewan dan angin mulai digantikan dengan penggunaan minyak, batu bara, gas dan sebagainya yang melahirkan banyak barang-barang komsumsi secara massal.
3.    Gelombang ketiga (tahun 1970-2000)
The third wave dimulai dengan terjadinya kemajuan teknologi dalam komunikasi dan pengolahan data, penerbangan dan aplikasi angkasa luar, energi alternatif dan energi yang dapat diperbaharui serta genetik dan bioteknologi pada umumnya dengan mikro elektronik dan komputer sebagai teknologi intinya.

Keberadaan media televisi juga sangat berkaitan dengan terlebih dahulu ditemukannya fotografi dan film seluloid. Konsep photos dan graphos atau merekam gambar melalui cahaya dimulai dengan ditemukannya camera pinhole sekitar abad ke-16 hingga 17, yaitu alat berupa kotak yang terbuat dari papan kayu dan salah satu dinding kotak tersebut dilengkapi lensa obscureyaitu lubang kecil tepat ditengah-tengah.
Penyempurnaan - penyempurnaan fotografi terus berlanjut, pada tahun 1826 Joseph Nicephore Niepce dari Prancis berhasil membuat lapisan yang berasal dari campuran perak untuk menciptakan gambar pada sebuah lempengan timah tebal kemudian disinari dengan cahaya untuk menghasilkan gambar. Dalam perkembangannya, proses visualisasi kamera kemudian dilengkapi dengan lubang kecil guna menentukan cahaya yang dapat diterima oleh plat film yang berfungsi sebagai media perekaman hasil bias. Hasil fotografi adalah citra atau ilusi satu gambar tetap (still picture) sehingga tidak menghasilkan ilusi atau kesan gerakan. Perkembangan fotografi ini terus didorong dengan dirintisnya penciptaan film (motion picture) oleh Thomas Alva Edison dengan diciptakannya kinetiscope. Kemudian penemuan ini dikembangkan oleh Lumiere bersaudara pada 28 desember 1894 dengan dibuatnya cinematographe, yakni piranti yang mengkombinasikan kamera sebagai alat untuk memproses film dengan proyektor menjadi satu (Marselli Sumarno, 1996:2-3).
Penciptaan alat untuk merekam gambar yang pada mulanya hanya still picture kemudian menjadi motion picture yang masih menggunakan alat mekanik dan proses kimiawi mulai mengalami pergeseran perkembangan seiring dengan penemuan dan perkembangan listrik dan gelombang radio. Sebelumnya, pada tahun 1802 Dane menemukan teknologi radio dengan prinsip bahwa pesan dapat dikirimkan melalui kawat beraliran listrik dalam jarak pendek. James Maxwell menerapkan prinsip baru untuk mewujudkan gelombang elektromagnetis yaitu gelombang yang digunakan televisi tahun 1965. Gerakan atau gelombang elektromagnetis dapat mengarungi ruang angkasa dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya. Penemuan Maxwell ini kemudian dikembangkan Heinrich Herzt dengan menemukan gelombang elektromagnetik pada tahun 1880. Kemudian Guglielmo Marconi yang memperkenalkan proses penyampaian pesan melalui gelombang radio untuk pertama kalinya pada tahun 1895.
Pada tahun 1875 George Carey di Boston mengembangkan gambar televisi dengan hasil visualisasi yang belum sempurna.  Kemudian oleh WE Sawyer dari Amerika dan Maurice Leblanc dari Perancis pada tahun 1880, visualisasi gambar televisi disempurnakan dengan penayangan elemen-elemen gambar secara cepat garis demi garis, frame demi frame. Tahun 1884 seorang mahasiswa di Berlin Jerman bernama Paul Nipkow menciptakan sebuah alat untuk memproyeksikan gambar dengan tenaga listrik dan pancaran gelombang radio yang merupakan cikal bakal pesawat televisi. Pada tahun itu pula penemuan Paul Nipkow itu dipatentkan dan bercita-cita menciptakan prinsip-prinsip pembentukan gambar yang kemudian dikenal sebagai Nipkow disk atau Jantra Nipkow (Freddy H Istanto, 1999:99). Jantra Nipkow melahirkan televisi mekanis, yaitu prinsip gambar kecil yang dibentuk oleh elemen-elemen secara teratur (scanning device). Elemen-elemen itu akan membentuk gambar ketika diputar secara mekanis dengan lingkaran spiral.
Pada tahun 1920 Charles F.Jenskin (Amerika Serikat), John Lugie Baird (Skotlandia) dan Ernst FW Alexander (Amerika Serikat) membuat penelitian yang mengantar Charles F. Jenskin pada tahun 1925 berhasil membuat gambar bayangan atau silhoutte. Sedang John Lugie Baird menemukan dasar-dasar bagi televisi berwarna yang kemudian berhasil pula menciptakan prinsip-prinsip bagi pengembangan teknik gambar hidup atau bioskop. Menyusul kemudian Ernst FW Alexander dari General Electric New York pada tanggal 11 September 1928 berhasil menayangkan drama televisi untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Seorang ahli berkebangsaan Rusia yang hijrah ke Amerika Serikat, Vladimir K.Zworykin pada tahun 1923 merancang tabung kamera ikonoskop yang mendasari perkembangan sistim televisi elektris. Kemudian penemuan ini dilanjutkan dengan mempatentkan televisi elektronis berwarna pada tahun 1925, ciptaannya ini didemonstrasikan di New York World’s Fair pada tahun 1939.
Pada tahun 1942 perusahaan-perusahaan televisi besar mulai bermunculan di Amerika Serikat seperti NBC, CBS.  Pada saat itu stasiun televisi CBS telah menyiarkan berita serbuan pasukan Jepang ke pelabuhan Pearl Harbour Hawaii. Karena serbuan Jepang ini , maka pemerintah Amerika Serikat membuat kebijakan dengan memerintahkan semua pembangunan studio radio dan televisi agar dihentikan untuk digunakan kepentingan pertahanan sipil, tempat latihan dan Palang Merah. Amerika Serikat juga berperan sebagai pelopor penggunaan televisi berwarna yang diperkenalkan pada tahun 1953. Tv kabel interaksi diperkenalkan di Columbus Ohio pada tahun 1977. pembangunan televisi kabel ini difungsikan untuk menjawab ketidakmerataan penerimaan gelombang televisi di daerah-daerah Amerika Serikat. Sebenarnya pada tahun 1940-an teknologi ini sudah diperkenalkan dengan menggunakan bantuan antena besar semacam decoder yang diletakkan di daerah yang tinggi kemudian sinyal diterima oleh receiver antena yang lain kemudian disalurkan ke pesawat-pesawat televisi dengan melalui kabel.
Perkembangan televisi di kawasan Eropa dpelopori oleh Inggris dengan mengawali siaran penayangan upacara penobatan raja George VI pada tahun 1937. Kemudian hampir bersamaan dengan Amerika Serikat, pada tahun 1954 mereka mulai menyiarkan program siarannya dengan tayangan televisi berwarna. Perkembangan ini diikuti oleh Jerman dengan memulai siaran televisi pada tahun 1948 kemudian negara Italia memulainya pada tahun 1953.
Di Asia pada tahun 1953 Jepang yang jauh sebelumnya melakukan penelitian-penelitian tentang televisi melakukan siaran untuk pertama kalinya dengan stasiun televisi NHK. Kemudian baru diikuti oleh negara Filipina pada tahun yang sama lalu disusul Thailand sejak tahun 1955. Pada tahun 1962, bersamaan dengan Indonesia, Republik Rakyat Cina memulai siaran televisi untuk pertama kalinya. Kebutuhan manusia pada media ini yang semakin besar juga membuat Jepang sebagai negara dengan kemampuan teknologi yang lebih maju mulai merintis sistem televisi HDTV (high definition television) pada tahun 1980, dengan teknologi ini kualitas visual yang dihasilkan dan diterima oleh penonton semakin baik.

C.      Radio Edukasi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran dalam Judhariksawan (2010:17), radio adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Sejarah media penyiaran di dunia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah penyiaran sebagai suatu industri. Dimana radio adalah penemuan teknologi. Rincian sejarah:
1.      Ditemukan oleh para ahli teknik di Eropa dan Amerika
2.      Tahun 1887, Heinrich Hertz berhasil mengirim dan menerima gelombang radio
3.      1874, Guglielmo Marconi dari Italia mampu mengirimkan sinyal morse dari sebuah pemancar kepada suatu alat penerima (berhasil menyebrangi Samudra Atlantik pada tahun 1901)
4.      Sebelum PD 1 , Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric(GE) Corporation Amerika berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang berhasil mengirimkan suara manusia dan juga musik
5.      Sejak saat itu radio semakin berkembang hingga tahun 1938 muncul berbagai stasiun radio.
Menurut Djamal (2011: 57-58) radio dapat digolongkan menurut sumber pendanaan dan format siaran. Adapun radio yang digolongkan menurut sumber pendanaan yaitu:
1.      Radio Publik
Radio yang mendapatkan seluruh atau sebagian pendanaan operasional dari pemerintah
2.      Radio Swasta
Radio yang memperoleh pendanna operasional secara swadaya lewat potensi siaran iklan
3.      Radio Komunitas
Radio yang mendapat anggaran operasional dari swadaya melalui pengumpulan donasi komunitasnya dan pihak yang bersimpati.
Sedangkan radio yang digolongkan menurut format siaran atau jenis program yaitu:
1.      Radio Berita
Radio yang mempunyai format siaran berita dengan aspek wawancara eksklusi, laporan investigasi, breaking news, headline news, serta ulasan mengenai ekonomi dan politik
2.      Radio Hiburan
Radio yang menyiarkan hiburan dalam berbagai bentuk seperti pagelaran musik, kuis.
3.      Radio Pendidikan
Radio memiliki program tetap seputar pendidikan seperti olahraga, tataboga, tatabusana, bahasa inggris.
Menurut Masduki (2001), radio pendidikan merupakan media radio yang dapat difungsikan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan, sesuai dengan peran ideal radio sebagai media publik yaitu penyampai informasi, pendidikan dan hiburan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Nasution (2005: 106-107) ada beberapa alasan menggunakan siaran radio dalam dunia pendidikan yaitu :
a.       Siaran dapat membawa dunia luar ke dalam kelas yang menyamai dunia langsung
b.      Siaran merupakan sumber informasi yang paling mutakhir dalam bentuk mudah dipahami, disamping buku, film, gambar dan lain-lain.
c.       Siaran menciptakan suasana yang menyenangkan, merangsang dan membangkitkan ide-ide baru.
d.      Siaran dapat memberi informasi yang tidak dapat segera diberikan guru.
e.       Cara penyajian oleh siaran sangat sangat hidup, menarik dan mengundang keterlibatan anak dalam peristiwa yang diperlihatkan.
f.       Siaran dapat menyampaikan hal-hal yang tidak dapat disajikan oleh guru seperti musik, bentuk-bentuk kebudayaan, kesenian dan sebagainya.
Siaran dapat mengembangkan kesanggupan dan ketrampilan atau teknik untuk melihat atau mendengarkan. Dengan demikian radio pendidikan dalam dunia pendidikan merupakan media siar yang dapat dijadikan media belajar yang menyajikan sumber informasi pembelajaran bagi masyarakat pendengar dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang  ekonomis, praktis, mudah, dan fleksibel.

D.      Teknologi Komputer dan Edukasi
Beriringan dengan perkembangan zaman pada era globalisasi dengan ditandai perkembangan produk dan pemanfaatan teknologi informasi, maka konsepsi penyelenggaraan pembelajaran telah bergeser pada upaya perwujudan pembelajaran modern. Para tokoh dalam bidang Pendidikan berupaya melakukan penelitian dengan mengembangkan konsep Teknologi Pembelajara, walaupun pada dasarnya konsep Teknologi Pendidikan ini masih tertuju pada upaya melahirkan prosedur-prosedur pemecahan masalah belajar manusia. Beberapa inovasi dalam model pembelajaran berbasis teknologi informasi mulai ditemukan. Beberapa diantaranya ialah animation learning, games learning, dan tutorial computer based learning. Seiring dengan majunya perkembangan software dan hardware untuk menunjang kemajuan pembelajaran modern, maka pada tahun 1997-sekarang ini kelompok software intelligence berhasil menemukan pola-pola berfikir dan peberdayaan kemampuan otak manusia yang mampu mengimbangi kecepatan kreja produk hardware intelligence sehingga lahirlah beberapa konsep-konsep belajar seperti quantum, accelerad learning, integrated learning, dan sejeisnya.
Perkembangan Teknologi Informasi yang mampu mngolah, mengemas, dan menampilkan, serta menyebarkan informasi pembelajaran baik dengan cara audiovisual, bahkan multimedia mampu mewujudkan apa yang disebut dengan Virtual Learning. Konsep seperti ini berkembang sehingga mampu mengemas setting dan realitas pembelajaran sebelumnya yang kurang menarik menjadi lebih menarik dan memberikan pengondisian secara psikologis adaptif pada si pembelajaran di mana pun mereka berada.
Dengan menggunakan kemajuan teknologi computer dalam edukasi, terutama Informasi Elektronik sebagai Sumber Belajar sehari-hari dapat memberikan manfaat yang lebih seperti :
1.    Memperluas “background knowledge” guru.
2.    Pembelajaran yang dinamis dan fleksibel.
3.    Mengatasi keterbatasan bahan ajar.
4.    Kontribusi dan pengayaan bahan ajar.
5.    Implementasi SAL – CBSA.
Walaupun banyak manfaat yang akan di terima, bagaimanapun juga proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari keberadaan dan penggunaan sumber belajar. Kemajuan teknologi komputer dibidang teknologi informasi seperti ini hanya mampu memperkaya proses belajar yang sedang berlangsung. Dengan demikian, tersedianya sumber belajar yang memadai akan dapat memberikan improvement, maintenance, dan dapat memperkaya (enrichment) suatu proses pembelajaran.
Kemajuan komputer terutama dalam bidang informasi berawal pada tahun 1957 ketika Uni Soviet meluncurkan satelit spunik yang oleh Amerika sebagai rival dari Uni Soviet menganggapnya sebagai sebuah ancaman. Amerika yang saat itu dipimpin oleh D.Eisenhower langsung bergerak cepat membuat ARPA (Advanced Research Project Agency), sebuah Lembaga risat yang bernaung di bawah departemen pertahanan AS. Pada 1969, Departemen pertahanan AS memerintahkan ARPA untuk membangun suatu jaringan komunikasi berbasis komputer agar dapat berhubungan dengan kalangan Universitas yang pada akhirnya keluarlah ARPAnet. Pada awalnya ARPAnet hanya terhubung pada 4 universitas saja yaitu SRI(Stanford Research Institute), UCLA (University of California, Los Angles), dan University of Utah. Pada 1970, peneliti di Stanford University menghasilkan sebuah protocol yang disebut TCP/IP yang hingga saat ini menjadi protocol standar dalam internet.
Dengan adanya TCP/IP ini maka komputer yang terkoneksi dalam Internet dapat sasling bertukar informasi dengan memanfaatkan bbeberapa layanan seperti WWW (World Wide Web), FTP (File Transfer Protocol), remote login, (Telnet/Network Terminal Protocol), e-mail, NFS (Network File System), dan sebagainya.
Dengan adanya internet dapat memberikan banyak bahan ajar sebagai sumber rujukan, foto, ilustrasi, peristiwa, animasi, hubungan antara konsep dan teori, koneksitas antarkata inti tentang sebuah ilmu, dan upaya-upaya pengembangannya.
Internet menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenarnya, suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu susah-susah membangun perangkat lunak unutk e-learning yang dibutuhkannya. Sudah banyak yang beredar pilihan aplikasi yang tersedia dari yang mulai gratis hingga yang berbayar. Ketika memutuskan untuk menerapkan distance learning yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami model CAL + CAT (Computer Assisted Learning + Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model yang menerapkan CAL + CAT diantaranya LSM (Learning Management System), CBT ( Computer Based Learnig), CAP (Course Authoring Package), JDT (Java Development Tools), da internet dalam E-Learning.
Pada sejarahnya E-Learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illinois di Urbana-Campaign dengan menggunakan system instruksi berbasis komputer dan komputer bernama PLATO, dan sejak saat itu perkembangan e-learning dari masa ke masa mengalami perubahan. Tahun 1990, pada era CBT mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk CD-ROM dengan isi materi dalam bentuk tulisan ataupun multimedia (video dan audio) dalam format mov, mpeg-1, atau avi. Lalu pada 1994, paket-paket CBT mulai diterima oleh masyarakat luas dan mulai diproduksi secara masal dengan paket-paket yang menarik. Pada 1997, LMS (Learning Management System). Semakin majunya era internet dan orang-orang awam mulai bisa merasakan internet, Kebutuhan informasi secara cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan disilah lahir yang Namanya LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar -LMS yang satu dengan yang lainnya secara standar. Tahun 1999 adalah tahun lahirnya aplikasi e-learning berbasis web. Web berkembang secara total, baik untuk pembelajaran (leaerner) maupun administrasi belajar mengajarnya.




Referensi
Azhar, Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Darmawa, Deni. 2004. Pengembangan Elearning Teori dan Desain. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djamal, Hidajanto. 2011. Dasar-dasar penyiaran. Jakarta : Prenadamedia Group.
Istanto, Freddy H. Peran Televisi Dalam Masyarakat Citraan Dewasa Ini Sejarah, Perkembangan Dan Pengaruhnya. NIRMANA Vol. 1, No. 2, Juli 1999 Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra
Ira Triyunani. 2015. “Pelaksanaan Program Telusur Sejarah di radio edukasi Yogyakarta”. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyajarta
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta : Prenadamedia Group.
Nasution, Zulkarimein.1984. Media Dalam Pembelajaran. Jakarta: CV. Rajawali
Nasution. 2011. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Natakusumah, Sinwari 1986. Media Pendidikan : pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya, Jakarta: CV. Rajawali.
Suryo, RM Roy. 1996. Televisi Sebagai Fungsi Media Komunikasi Massa. Yogyakarta. Bahan Diktat Pendidikan Audio Visual Reguler LPM MANDIRI Yogyakarta
Sastro Subroto, Darwanto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Usman, Basyiruddin. 2002.  Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.

Semoga Bermanfaat Salam :Moh. Arif Andrian

No comments